Robot dan Artificial Intelligence. Apakah Akan Mengancam Kita?



Kecerdasan buatan (AI) bisa dibilang bidang yang paling menarik dalam robotika. Ini pasti yang paling kontroversial: Semua orang setuju bahwa robot dapat bekerja di jalur perakitan, tetapi tidak ada konsensus mengenai apakah robot bisa menjadi cerdas.
Ketika orang melihat mesin yang merespons seperti manusia, atau komputer yang melakukan berbagai strategi dan kognisi meniru kecerdikan manusia, mereka kadang-kadang bercanda tentang masa depan di mana umat manusia harus menerima tuan robot. Namun yang terkubur dalam gurauan itu adalah bibit kegelisahan. Karya tulis fiksi ilmiah dan film populer, dari "2001: A Space Odyssey" (1968) hingga "Avengers: Age of Ultron" (2015), telah berspekulasi tentang artificial intelligence (AI) yang melebihi harapan para pembuatnya dan lolos dari kendali mereka. , akhirnya mengalahkan dan memperbudak manusia atau menargetkan mereka untuk kepunahan.
Bahkan di dunia nyata, tidak semua orang siap menyambut AI dengan tangan terbuka. Dalam beberapa tahun terakhir, ketika para ilmuwan komputer telah mendorong batas-batas apa yang dapat dicapai oleh AI, tokoh-tokoh terkemuka dalam teknologi dan sains telah memperingatkan tentang bahaya menjulang yang mungkin ditimbulkan oleh kecerdasan buatan kepada umat manusia, bahkan menunjukkan bahwa kemampuan AI dapat merusak umat manusia.
Elon Musk adalah salah satu orang terkemuka yang telah mengangkat bendera merah tentang AI. Pada bulan Juli 2017, Musk mengatakan kepada hadirin pada pertemuan Asosiasi Gubernur Nasional, "Saya memiliki paparan terhadap AI yang sangat canggih, dan saya pikir orang-orang harus benar-benar peduli tentang hal itu."
Sebelumnya, pada tahun 2014, Musk telah menyebut AI "ancaman eksistensial terbesar manusia," dan pada bulan Agustus 2017, ia menyatakan bahwa umat manusia menghadapi risiko lebih besar dari AI daripada dari Korea Utara . Fisikawan Stephen Hawking, yang meninggal 14 Maret, juga menyatakan keprihatinan tentang AI jahat, mengatakan kepada BBC pada tahun 2014 bahwa "perkembangan kecerdasan buatan penuh bisa mengeja akhir umat manusia."
Menurut Kilian Weinberger, seorang profesor di Departemen Ilmu Komputer. di Cornell University, Perasaan negatif tentang AI umumnya dapat dibagi menjadi dua kategori: gagasan bahwa AI akan menjadi sadar dan berusaha untuk menghancurkan manusia, dan gagasan bahwa orang-orang tidak bermoral akan menggunakan AI untuk tujuan jahat. Satu hal yang ditakutkan orang adalah bahwa jika AI super cerdas - lebih pintar dari Manusia - menjadi sadar, itu bisa memperlakukan kita seperti makhluk yang lebih rendah, seperti kita memperlakukan monyet.

Wah, bagaimana ini ya? Apakah kita akan tergeser karena AI, Semoga saja tidak.




Comments

Popular posts from this blog

Voltmeter Dan Cara pembuatan Voltmeter

Efek Pembebanan Pada Voltmeter

JANGKA SORONG